CORAK DESA LEMAH IRENG BAWEN

              Unik..Aneh..dan membingungkan.Itulah ungkapan yang sangat pas tatkala melihat kondisi Desa Lemahireng Kec.Bawen Kab.Semarang Jawa tengah ini.Terlepas dari sisi mana kita menyoroti tetapi kalau kita jeli ada beberapa hal yang tidak sinkron telah terjadi secara turun menurun dan mengakar di Desa itu.Disini kita akan menyoroti berbagai hal yang sangat menonjol dan memang perlu di kritisi supaya tidak berlarut-larut dan semakin mengobrak-abrik mentalitas generasi penerus yang ada di lemah ireng.

   
   Di Lemahireng sendiri sangat banyak sekali tokoh yang ahli dalam filsafat jawa, baik itu secara bahasa maupun budaya .Mereka sering melontarkan wejangan-wejangan kepada khalayak tentang perilaku yang sesuai adat jawa itu seperti apa,dari kesopanan tata bahasa lebih-lebih tindakan dalam keseharian, bahkan mereka sangat kritis ketika menemui atau melihat ada orang yang melanggar adat jawa. 

   Dan itu sangat bagus karena kepedulian sosial mereka dalam menjaga jati diri adat ke timuran memang harus dipertahankan.Mereka sering di libatkan di setiap kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan basic mereka .Salah satu contoh adalah tatkala ada hajatan ritual baik itu pernikahan ,sunatan,kelahiran dan tentu saja adat sosial kemasyarakatan dalam hal ini adalah nyadran dan sedekah desa yang di adakan setahun sekali sehabis panen.

    Mereka sangat hati-hati ketika memilih hari pelaksanaan dan mereka juga sangat memperhatikan dan mempersiapkan sedemikian rupa tentang ubo rampenya agar acara tersebut bisa terlaksana sesuai harapan.
Sangat menonjol sekali adalah adat budaya jawa yang masih kental mewarnai tentang hiruk pikuk mentalitas masyarakat pada umumnya.

Lalu pertanyaan berikutnya adalah kenapa mereka terlalu mendominasi pergerakan mental masyarakat di desa itu.Apakah memang hanya mereka yang mampu menggerakkan ataukah hanya mereka yang mempunyai pamor atau ada sesuatu yang membuat mereka begitu diperhitungkan oleh masyarakat setempat.
Padahal selain mereka juga ada yang dalam hal ini adalah para kyai atau para ulama yang bertempat tinggal di Lemah ireng .Tetapi seakan mereka diam seribu bahasa tatkala para ahli filsafat jawa ini mengeluarkan staitmentnya.

Ketika ada salah satu warga tidak pakai peci tatkala hajattan pasti langsung di kritisi di tempat dan di bilang tidak punya sopan santun.

Ketika ada anak muda yang tidak fasih dalam menggunakan bahasa penghormatan juga langsung kena damprat oleh mereka.

Ketika ada kegiatan sosial yang tidak melibatkan mereka juga langsung di kritisi dengan alasan tidak menghargai orang tua.

Ketika ada orang yang membantah persepsi mereka di anggap melawan orang tua.

Ketika terjadi kesalahan  pengucapan kalimat dalam forum pasti di anggap tidak menghargai pihak lain.

Dan secara garis besar ketika terjadi penyimpangan dalam tata bahasa dan penampilan pasti mereka para ahli filsafat jawa ini tidak segan-segan dalam menghujatnya...

Tetapi......

Ketika ada perjudian di post ronda tatkala jaga, baik itu pakai uang atau hanya permainan mereka hanya diam saja dengan alasan "itu urusan mereka sendiri".

Ketika ada orang yang selingkuh dan telah menjadi rahasia umum mereka juga bungkam seribu bahasa dengan alasan "tidak baik mengurusi rumah tangga orang lain".



Ketika ada publik figur yang menyimpang dalam perilaku mereka seolah olah tidak tahu karena tidak sopan kalau mengingatkan orang yang sudah paham hukum..(kalau sudah paham hukum mengapa mereka melakukan itu).

Dan secara kesimpulan tatkala ada orang tua atau  figur tokoh yang menyimpang mereka diam saja dengan alasan bahwa itu bukan urusan kita...


Ketika yang melakukan kesalahan itu orang yang tidak punya pengaruh atau hanya orang kecil dalam hal ini adalah rakyat kecil walaupun hanya kesalahan kecil mereka pasti akan langsung mengkritisi dan secara terang-terangan menghujatnya...


Tetapi kalau yang melakukan kesalahan berat adalah para Donatur dan pemilik posisi penting meskipun sudah berefek ke tatanan sosial masyarakat mereka tidak ter usik barang sedikit pun...


Aneh dan sangat memprihatinkan sekali.Bukankah sebagai warga masyarakat kita tidak boleh pilih kasih atau tebang pilih dalam mengkritisi.Oke lah ketika para pelaku penyimpangan ini memang belum paham hukum atau anak muda boleh kita maklumi tetapi ketika para pelaku yang harusnya menjadi tolok ukur perilaku di tengah masyarakat pada umumnya yang tersemat tokoh masyarakat melakukan hal yang jelas-jelas seperti itu apakah kita diam saja.

Bukankah efek dari kesalahan pengucapan hanya berefek pada keindahan tata bahasa saja.Tetapi kesalahan dalam bentuk perilaku lebih -lebih yang melakukan adalah para publik figur akan berefek pada menurunnya adab moral tatanan sosial kemasyarakatan.

Lalu di mana posisi mereka sebagai penjaga moral masyarakaat kalau membiarkan minuman keras beredar luas di mayarakat dan perjudian merebak di masyarakat.Di mana posisi mereka tatkala perselingkuhan antar rumah tangga terjadi dan membuat malu anggota keluarga pelaku.Di mana mereka tatkala para remaja putri keluyuran di luar jam 9 malam pulang pagi dengan alasan main dengan temannya.Bukankah kerusakan moral masyarakat itu bukti otentik bahwa kualitas lingkungan itu di tentukan dari penjagaan para tokoh masyarakat setempat.
Wahai para kyai dan tokoh masyarakat di lemah ireng di mana kalian semua .apakah kalian tidak punya nyali untuk teriak dengan kondisi warga kalian.Apakah kalian semua tidak melihat tentang kondisi yang terjadi di masyarakat yang telah jauh dari tuntunan islam...